HOME

Kamis, 17 Mei 2018

MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN “ Penerapan DSS Lingkungan kerja Rumah Sakit ”

MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
“ Penerapan DSS Lingkungan kerja Rumah Sakit ”

                                       


KELOMPOK 3 :
Dwiky Rezkianto          :           201610325313
Enggar Achmad           :           201610325316
Ilham Fauzi                  :           201610325315
Kristina Eka                 :           201610325035
Nadia Agustina            :           201610325190



FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA BEKASI
2018




KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb
Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kepada kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tema makalah penulis kali ini adalah Penerapan DSS Lingkungan kerja Rumah Sakit. Penulis menyadari bahwa makalah ini kurang sempurna. Penulis berharap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Semoga setelah membaca makalah ini dapat dipahami maksud dan tujuannya. Wassalam

Bekasi, 09 Mei 2018


Penulis









BAB IPENDAHULUAN


1.1               LATAR BELAKANG

Dalam setiap perusahaan pasti memerlukan beberapa sistem untuk membantu berjalannya suatu proses yang ada dalam perusahaan tersebut. Salah satu proses yang terdapat dalam perusahaan adalah proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan ini sangat penting dalam sebuah perusahaan, karena pengambilan keputusan harus dilakukan secara benar agar tidak terjadi kesalahan pada masa yang akan datang, karena setiap keputusan yang diambil akan sangat mempengaruhi proses kedepannya.

       Di zaman yang serba teknologi seperti sekarang, hampir semua hal dapat kita lakukan dengan menggunakan teknologi. Seperti juga dalam hal pengambilan keputusan di suatu perusahaan. Saat ini sudah banyak perusahaan yang menggunakan teknologi sistem informasi manajemen berupa DSS (Decision Support System) untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dalam lingkungan Rumah sakit umumnya dilakukan di dua area, area pertama (lower level) melibatkan manajemen pasien, diagnosa dan perawatan, pencatatan record, keuangan dan
manajemen inventori. Area kedua melibatkan keputusan level tinggi memberikan sebuah keunggulan kompetitif.

       DSS mencangkup semua fungsi dari manajemen pasien sampai manajemen inventori yang disusun oleh UK General Practice dan sekarang dinamakan PRODIGY (Prescribing Rationally with Decision support in General Practice Study), yang menyediakan akses pada clinical knowledgebase pada  bukti bukti terbaik yang ada tentang kondisi dan gejala yang dikelola utamanya  oleh profesional kesehatan. Data ini berupa panduan full text, referensi panduan cepat, leaflet informasi pasien, informasi pada obat dan self help contacts.

       Dilingkungan kompetitif seringkali sulit untuk dapat membuat keputusan yang paling baik, hal ini bisa saja disebabkan karena kurangnya informasi, atau penerimaan suatu informasi yang terlambat, atau bahkan terlalu banyaknya informasi yang diperoleh. Kondisi tersebut bisa bertambah buruk jika waktu yang ada terlalu sempit untuk dapat melakukan analisa informasi ataupun untuk mengevaluasi alternative-alternatif solusi, sehingga hal ini dapat mengakibatkan para pengambil keputusan sulit melakukan suatu keputusan secara berkesinambungan dan juga sulit untuk melakukan pengambilan keputusan yang optimal.  Luasnya lingkup tanggung jawab keperawatan dan kehadiran perawat secara berkesinambungan mendampingi pasien, menempatkan keperawatan pada posisi sentral bagi layanan kesehatan dan pusat informasi pasien. Keadaan ini membangkitkan perkembangan informatika keperawatan yang dapat menginformasikan perkembangan aplikasi multidisiplin yang terintegrasi pada berbagai tatanan manajemen keperawatan bagi pelayanan pasien (Barton, 2008).

       Keperawatan merupakan serangkaian aktivitas melingkupi pelayanan secara otonom dan kolaboratif bagi individu dari segala usia, keluarga, kelompok dan komunitas, sakit maupun sehat dalam segala latar. Pelayanan keperawatan merupakan pemasok utama layanan kesehatan bagi pasien, pengembangan informatika keperawatan dalam lingkup manajemen keperawatan berpengaruh penting terhadap rancangan dan implementasi system pengembangan pengetahuan dan ketrampilan.

1.2               RUMUSAN MASALAH

1. Sejarah dan Pengertian DSS
2. Penerapan sistem DSS dalam lingkungan rumah sakit
3. Manfaat dan tujuan Sistem Dss dalam lingkungan Rumah sakit.

1.3               TUJUAN PENULISAN

1. Pembaca Memahami sejarah dan pengertian DSS
2. Pembaca memahami system DSS dalam lingkungan rumah sakit
3. Pembaca memahami Manfaat dan tujuan DSS dalam lingkungan rumah sakit.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1           Sejarah dan Definisi DSS

Pengembangan DSS berawal pada akhir tahun 1960-an dengan adanya pengguna computer secara time-sharing (berdasarkan pembagian waktu). Pada mulanya seseorang dapat berinteraksi langsung dengan computer tanpa harus melalui spesialis informasi. Time sharing membuka peluang baru dalam penggunaan computer. Tidak sampai tahun 1971, ditemukan istilah DSS, G Anthony Gorry dan Michael S. Scott Morton yang keduanya professor MIT, bersama-sama menulis artikel dalam jurnal yang berjudul “A Framework for Management Information System” mereka merasakan perlunya ada kerangka untuk menyalurkan aplikasi computer terhadap pembuatan keputusan manajemen.

Sejarah munculnya DSS, berikut ini adalah kajian singkatnya :
Tahun 1950, Teori Pengambilan Keputusan Organisasi dikembangkan di Carnegie Institute of Technology.Tahun 1960 Implementasi DSS dalam bentuk sistem komputer interaktif dilakukan di Massachusetts Institute of Technology,Tahun 1970. Konsep DSS menjadi area riset. dan pada  Tahun 1980 dikembangkan executive information systems (EIS), group decision support systems (GDSS), dan organizational decision support systems (ODSS) untuk single user berbasis model.Tahun 1990. Dikembangkan data warehousing dan on-line analytical processing (OLAP).Tahun 2000. Dikembangkan aplikasi analitik berbasis web

Beberapa Definisi DSS Menurut para Ahli :
• Definisi Awal DSS (Efraim): Suatu sistem yang diperuntukan untuk membantu pembuat keputusan dalam kondisi keputusan yang “kurang terstruktur/semi terstruktur”.
 • (Gorry & Scott-Morton's) : Sekumpulan model dari prosedur untuk pemrosesan data dan penentuan (justifikasi) dalam membantu manager untuk mengambil keputusan. Pencetus istilah DSS, yang keduanya adalah profesor MIT.
• (Sprague & Carlson) : Sistem yang berbasis komputer yang dapat dipergunakan untuk membantu para pengambil keputusan untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang “mustahil” dilakukan dengan kalkulasi manual melalui cara simulasi yang interaktif, dimana data dan model analisis sebagai komponen utama.

            DSS (Decision Support System) merupakan salah satu produk perangkat lunak yang dikembangkan secara khusus untuk membantu manajemen dalam proses pengambilan keputusan. DSS sebenarnya merupakan implementasi teori-teori pengambilan keputusan yang telah diperkenalkan oleh ilmu-ilmu seperti operation research dan management science. Hanya bedanya adalah jika dahulu untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi harus dilakukan perhitungan iterasi secara manual, maka saat ini computer PC telah menawarkan kemampuannya untuk menyelesaikan persoalan yang sama dalam waktu relative singkat. DSS dapat juga dikatakan sebagai sistem computer yang mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi terstruktur yang spesifik. DSS menurut Moore and Chang, SPK dapat digambarkan sebagai sistem yang berkemampuan mendukung analisis ad hoc data, dan pemodelan keputusan, berorientasi keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan digunakan pada saat-saat yang tidak biasa. Sistem Pendukung Keputusan (DSS) dibuat sebagai suatu cara untuk memenuhi kebutuhan seorang manajer dalam membuat keputusan yang spesifik dalam memecahkan permasalah yang spesifik pula. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau decision support system  (DSS) merupakan salah satu jenis sistem informasi yang bertujuan untuk menyediakan informasi, membimbing, memberikan prediksi serta mengarahkan kepada pengguna informasi agar dapat melakukan pengambilan keputusan dengan lebih baik dan berbasis evidence. DSS yang baik harus mampu menggali informasi dari database, melakukan analisis serta memberikan interpretasi dalam bentuk yang mudah dipahami dengan format yang mudah untuk digunakan (user friendly). DSS mendayagunakan resources individu-individu secara intelek dengan kemampuan computer untuk meningkatkan kualitas keputusan. Jadi, ini merupakan sistem pendukung berbasis computer yang dapat membantu dalam mengambil suatu keputusan dari masalah-masalah yang semi terstriktur maupun tak terstruktur.

2.2          Penerapan system DSS di lingkungan Rumah sakit
.Aplikasi DSS dalam Pelayanan KesehatanPemanfaatan DSS dalam pelayanan kesehatan dimulai pada pengelolaan informasi keuangan yang mulai berkembang era tahun 60-an. Mulai sejak itu aplikasi komputer untuk pelayanan kesehatan berkembang. Pada akhir era 60-an Sistem informasi rumah sakit sudah memasukkan data tentang diagnosa sertainformasi lain dalam rencana perawatan pasien. Tekhnologi yang digunakan dapatmengurangi kerja dengan kertas (paperwork) dan meningkatkan komunikasi serta menghemat waktu perawat. Salah satu awal program komputer yang bagus untuk perawatan pasien adalah Problem Oriented Medical Record Information System (PROMIS) yang dibuat oleh DR Lawrence Weed dari University Medical Center Burlington tahun 1968. Sistemini menyediakan integrasi berbagai aspek pelayanan kesehatan termasuk tindakan pada pasien. Sistem ini menggunakan kerangka kerja POMR ( problem orientedmedical record).Pada dasarnya pemanfaatan sistem informasi dalam unit pelayanan kesehatan dapat meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien. Informatika juga dapatmencegah error dengan melaksanakan fungsi pengambilan keputusan dan mencegah fungsi yang tidak tepat Di Indonesia, telah diterapkan sistem informasi keperawatan terkomputerisasiterkait intervensi yang dilakukan di beberapa RS yang secara spesifik mulai dari Nursing Out Come (NOC) yang baku klasifikasi dan jelas kriterianya, Nursing Intervention Clasification (NIC) disusun secara baku pada setiap klasifikasinya dan disesuaikan juga dengan klasifikasi tujuan (NOC). Perawat tinggal memilih label NIC yang tersedia pada masing-masing diagnosa keperawatan yang sesuai dengantujuan penanganan masalah pasien. Implementasi keperawatan dalam sisteminformasi keperawatan menggunakan label NIC dan aktifitas dalam NIC. Perawattinggal mengetikan aktifitas-aktifitas perawatan yang telah dilakukan,menambahkan jam pelaksanaan dan menuliskan pelaksana dari aktifitas tersebut.Implementasi yang diinputkan oleh perawat dalam dokumen asuhan keperawatan langsung diintegrasikan dengan Billing System Rumah Sakit, sehingga tidak ada double entry dalam keuangan pasien. Masing masing tindakan perawat telah memiliki harga sendiri-sendiri yang telah disahkan oleh rumah sakit, dan perawat tinggal mendokumentasikan dalam SI Keperawatan. Artinya penulisan implementasinya juga dibakukan sehingga perawat yang bertugas mengetik sesuai dengan standar yang ditetapkan. Evaluasi kriteria, skala, dan target. Setelah perawatmenentukan kriteria, skala dan target pada hari pertama, maka pada hari berikutnya tinggal memilih skala yang sesuai dengan kondisi pasien, antara 1–5, disesuaikan dengan kondisi pasien.Contoh pemanfaatan DSS lainnya adalah aplikasi telehealth yang sedang dikembangkan. Salah satu contoh program telehealth adalah homecare. Sistem ini menyediakan audio dan video interaktif untuk hubungan antara lanjut usia dirumah dan telehealth perawat. Perawat memasukkan data data pasien secaraelektronik dan menganalisanya, kalau perlu untuk dilakukan kunjungan, perawatakan melakukan kunjungan ke pasien.Telenursing adalah bagian dari telehealth Telenursing menawarkan program kolabortif dan mengurangi biaya pasien. Sebagai contoh: konsultasi dengan perawatakan mengurangi angka kejadian masuknnya pasien dengan keadaan emergency ke Rumah Sakit.

            Telehealth juga bisa di aplikasikan dalam pendidikan, dengan mengunjungi satu bagian dengan bagian lain melalui halaman web. Pengalaman dari praktisiperawat dapat dipelajari oleh orang lain melalui halaman web.
Telehealth terdiri dari berbagai jenis bentuk dan telah menunjukkan segimanfaatnya. Beberapa manfaat dari Telehealth misalnya: meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi waktu, meningkatkan produkstifitas akses, meningkatkan peluang belajar. Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan Telehealth yaitu :

1.   Pembiayaan adalah hambatan dalam penyelenggaraan
Telehealth Meskipundijumpai bahwa telehealth banyak mempunyai manfaat. Pemerintah masihkurang dalam mengembangkan telehealth.

2.   Aspek legal Aspek hukum menyatakan bahwa: warga negara harus dilindungi dari praktek petugas kesehatan yang tidak baik.

3. Standar keamanan Perhatian dalam aplikasi tekhnologi dalam pelayanan
kesehatan adalahkeamaan/keselamatan pasien. Sistem pelayanan
Telehealth harus bisamenjamin keselamatan bagi pasien. Berkaitan dengan hal tersebut ANA (American Nursing Association)
menerbitkan 3 pedoman telehealth yaitu : Prinsip dasar telehealth pada tahun 1998, kompetensi telehealth tahun 1999 dan mengembangkan protokol telehealth pada tahun 2014.

 4. Keamanan data Telehealth memerlukan pencatatan elektronik (elektronik health record),yang rawan akan privasi, kerahasiaan dan keamanan data.Sehinggapenyelenggaraan telehealth harus bisa menjamin keamanan data.

5. Infrastruktur komunikasi Infrastruktur telekomunikasi merupakan bagian dari telehealthyangmempunyai biaya dengan prosentase paling besar. Isu yang lain, adalah alatuntuk hubungan antarmuka (interface) akan sulit menyelenggarakan Telehealth jika tidak ada saling hubungan (interkoneksi) antar alat

2.3 Tujuan Dan Manfaat Sistem Informasi Kesehatan

2.3.1 Tujuan SIK
            Upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan ditujukan ke arah terbentuknya suatu sistem informasi kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna, yang mampu memberikan informasi yang akurat, tepat waktu dan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan untuk :
Pengambilan keputusan di seluruh tingkat administrasi dalam rangka perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian.
Mengatasi masalah-masalah kesehatan melalui isyarat dini dan upaya penanggulangannya.
Meningkatkan peran serta masyarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri.
Meningkatkan penggunaan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan.



2.3.2 Manfaat SIK
Begitu banyak manfaat Sistem Informasi Kesehatan yang dapat membantu para pengelola program kesehatan, pengambil kebijakan dan keputusan pelaksanaan di semua jenjang administrasi (kabupaten atau kota, propvinsi dan pusat) dan sistem dalam hal berikut :
a.             Mendukung manajemen kesehatan.
b.             Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan.
c.             Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas.
d.             Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan berdasarkan bukti (evidence-based decision).
e.             Mengalokasikan sumber daya secara optimal.
f.              Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi.
g.             Membantu penilaian transparansi.

2.4 Prinsip Dan Peranan Sistem Informasi Kesehatan
            Prinsip SIK Mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan, baik yang berasal dari sektor kesehatan atau pun dari berbagai sektor pembangunan lain.Mendukung proses pengambilan keputusan diberbagai jenjang administrasi kesehatan.Disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan kepeutusan.Disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan datamelalui cara-cara rutin (yaitu pencatatan dan pelaporan) dan cara-cara non rutin (yaitu survei dan lain lain).Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang berlaku dibidang kesehatan dan kedokteran.Peranan SIK

            Adapun penerapan DSS dalam Dunia kesehatan di sebut dengan CDSS Clinical Decision Support System (CDSS) atau sering kita kenal sebagai sistem pengambil keputusan klinis, merupakan suatu sistem elektronik yang didesain untuk membantu klinisi atau tenaga medis dalam mengambil keputusan klinik. Pada penggunaan CDSS yang berbasis elektronik memiliki beberapa keunggulan dan kemudahan, jika dibandingkan dengan non-elektronik, apalagi jika sudah terintegrasi dengan rekam kesehatan elektronik (Services Human & Investigator 2012).

            Ada beberapa keunggulan computer based CDSS, diantaranya adalah kapasitas penyimpanan knowledge based dan kecepatan menganalisa sebuah kasus, serta dalam memberikan rekomendasi kepada klinisi dalam bentuk alert atau peringatan (Lee et al. 2014). Pada Umumnya CDSS elektronik mengkombinasikan karakteristik klinis dan kondisi pasien, dengan basis pengetahuan elektronik (computerized knowledge base), yang kemudian secara otomatis menghasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk bahan pertimbangan klinisi, baik dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lain, yang kemudian dapat membantu dalam menentukan diagnosis dan pemberian tindakan medis lainnya (Parshutin & Kirshners 2013).CDSS merupakan media elektronik yang digunakan untuk menentukan diagnosis, interpretasi klinis, pemberitahuan (alerting), pengingat (reminder), analisis prediktif dengan sebuah aplikasi, yang terhubung dengan data (Aynes & Aplan 2001). Definisi lain mengatakan bahwa CDSS menyediakan informasi bagi tenaga medis, pasien atau individu atau populasi tertentu, untuk menghasilkan proses kesehatan yang lebih cepat, lebih efisien, lebih baik baik bagi layanan kesehatan individual maupun bagi kesehatan suatu populasi (Sheikhtaheri et al. 2012).
Komponen Clinical Decision Suporrt System (CDSS)
1.      Data base (Basis Pengetahuan dan Akuisisi Pengetahuan Medis)
Kumpulan   data yang   tersusun   secara terstruktur   dan dalam format elektronik yang mudah   diolah   oleh   program komputer (Aynes & Aplan 2001). Database ini menghimpun berbagai jenis data baik yang berasal dari pasien, obat (jenis, dosis, indikasi, kontraindikasi dll), dokter/perawat dll.

2.      Knowledge base (Memori kerja )
Kumpulan pengetahuan kedokteran yang merupakan sintesis dari berbagai literatur, protokol klinik (clinical guidelines), pendapat pakar maupun hasil penelitian lainnya yang sudah diterjemahkan dalam bahasa yang dapat dipahami oleh komputer (Sié et al. 2014).


3.      Instrument
Alat yang dapat mengumpulkan data klinis seperti: alat pemeriksaan laboratorium, EKG, radiologis dan lain-lain (Bradburn & Fox 2004).

4.      Mesin inferensial (inference engine)
Merupakan program utama dalam suatu CDSS yang mengendalikan keseluruhan sistem, mulai dari menangkap informasi yang berasal dari pasien, mengkonsultasikannya dengan knowledge base dan memberikan hasil interpretasinya kepada pengguna (Wit et al. 2015).

5.      Antar muka (user interface)
Tampilan program komputer yang memungkinkan pengguna berkonsultasi untuk memasukkan data, memilih menu hingga mendapatkan hasil baik berupa teks, grafis, sinyal, simbol dan bentuk interaktivitas lainnya. Interaktivitas dapat bersifat aktif-otomatis maupun pasif (Main et al. 2010).

2.5   Fungsi Aplikasi CDSS :

1.      Alerting
       Alert otomatis akan muncul dan memberikan data serta informasi kepada dokter secara cepat pada situasi kritis yang kadang membahayakan. Pada kondisi tersebut, informasi yang lengkap sangat penting dalam pengambilan keputusan, misalnya: nilai laboratorium abnormal, kecenderungan vital sign, kontraindikasi pengobatan maupun kegagalan prosedur tertentu. Sistem alert telah digunakan secara rutin dalam program HELP (Health Evaluation through Logical Processing) mampu menurunkan laju infeksi pasca operatif dari 13% ke 5.5% per hari dan menurunkan prosentase pemberian antibiotik berlebihan dari 35% ke 18%.

2.      Critiquing
       Jenis aplikasi ini akan memberikan kritik kepada pengguna untuk memverifikasi keputusan klinis yang telah dipilih. Berbagai contoh aplikasi SPKK jenis ini dapat bermanfaat untuk mencegah permintaan pemeriksaan klinis yang tidak tepat (seperti pada gambar 6), pemberian obat yang tidak sesuai dengan indikasi maupun penerapan protokol klinik.

3.      Interpreting
       Interpretasi merupakan asimilasi dari data klinis untuk memahami data pasien. Contoh sederhana adalah mesin penginterpretasi EKG, analisis gas datah maupun pemeriksaan radiologis. Predicting

4.      Diagnosing
       Merupakan contoh aplikasi SPKK yang paling populer dan banyak dipublikasikan sejak tahun 1970-an. Tujuan aplikasi ini adalah memberikan daftar probabilitas berbagai differential diagnosis berdasarkan data pasien yang diinputkan ke dalam komputer.

5.      Assisting
       Adalah contoh SPKK yang bertujuan untuk mempermudah atau mempercepat aktivitas klinis. SPKK yang bersifat hibrid (campuran manual dan elektronik) akan memberikan hasil print out sintesis data pasien yang mengarahkan kepada tindakan manajemen selanjutnya. Pada sistem yang online, SPKK akan menampilkan seluruh data dalam tampilan grafis yang mudah dilihat dan komprehensif

2.6   Tantangan Dalam Implementasi CDSS
       Dunia medis merupakan bidang yang dinamis. Perubahan yang terjadi bisa sangat cepat sehingga berdampak pada penggunaan standar pelayanan medis yang menjadi tulang punggung dari pengembangan CDSS (Jao & Hier 2010). Alur kerja bidang kesehatan juga sangat kompleks dan subjektif berdasarkan kasus-per-kasus. Hal ini menyebabkan pengembangan CDSS terbatas pada kasus-kasus tertentu yang memiliki prosedur medis yang relatif lebih konstan, seperti CDSS pada sistem peresepan dan CDSS pada interpretasi hasil echocardiograph (Sanchez et al. 2013). Untuk itu perlu dikembangkan lebih lanjut terhadap kasus-kasus lain atau guideline lain yang signifikan mampu mengurangi medical error.
Secara teknis, menggabungkan informasi kesehatan berikut temuan-temuan baru yang selalu berubah menjadikan CDSS harus terus dilakukan agar sistem tetap terupdate. Diperlukan kerjasama yang baik antara pengguna dan pengembang sistem (Jensen et al. 2015).

2.7   Dampak penggunaan CDSS
       Sebuah penelitian mengungkapkan adanya penghematan  30% biaya pengobatan dari penggunaan CDSS untuk peresepan obat [6]. Namun demikian, membangun sebuah CDSS mampu menyedot biaya yang cukup signifikan dan membebani pengguna, seperti membeli lisensi perangkat lunak. Pertimbangan implementasi CDSS perlu menghitung unit biaya (unit cost) dari penggunaan CDSS tersebut.
Banyak hasil penelitian terkait CDSS menunjukkan manfaat yang positif bagi pasien. Selain meningkatkan keselamatan (patient-safety), seperti penurunan sampai 50% medication error yang terjadi di rumah sakit. Secara tidak langsung penggunaan CDSS memperbaiki mutu dan standar pelayanan kesehatan oleh tenaga medis yang bersangkutan [1, 4, 5]. Namun demikian, sisi lain CDSS membuat tenaga medis, terutama dokter kehilangan kontrol akan praktek klinis yang dia sendiri dilakukan. Dokter akan merasa terkontrol dan mungkin terintimidasi, terutama dengan fungsi peringatan (alert) yang berkali-kali muncul saat klinisi melakukan pelayanan medis
           












2.8   Aplikasi Clinical Decision Support System (CDSS)                                   
CDSS telah banyak iaplikasikan untuk berbaagai keperluan dalam pengambilan keputusan klinis. Perangkat lunak yang telah di bangun untuk keperluan CDSS adalah MYCIN. MYCIN merupakan sistem pendukung keputusan yang bersifat kualitatif dengan menggunakan konsep sistem pakar. MYCIN berisi sejumlah peraturan, yang diturunkan oleh kolaborasi para ahli. Salah satu kelebihan MYCIN adalah dengan kemampuan untuk mengakomodasi adanya ketidakpastian. MYCIN menggunakan certainty factors (CF) untuk mengatasi masalah ketidakpastian.

Beberapa aplikasi CDSS lainya yang juga mulai dikembangkan antara lain :
1.   ISABEL, merupakan suatu bentuk CDSS yang terintegrasi dengan internet yang menyediakan beberapa fitur untuk diagnosis.

2.   NEOSIS, merupakan sebuah platform untuk integrasi dan representasi visual dalam kecerdasan medis.

3.   LISA, berupa sistem pendukung keputusan dan informasi klinis untuk perawatan menyeluruh bagi anak-anak yang mengidap penyakit acute lympheblastic leukemia(Bury, 2008 )

4.   EPIC, merupakan CDSS yang berperan sebagai mitra cerdas bagi staf klinisi dan memberikan panduan yang terstruktur.









BAB III
KESIMPULAN

            Medical error merupakan penyimpangan dari proses perawatan, yang dapat menyebabkan kerugian bagi pasien. Definisi tersebut menggambarkan bahwa setiap tindakan yang dilaksanakan, tetapi tidak sesuai dengan rencana atau prosedur, sudah dianggap sebagai medical error. CDSS memiliki tujuan utama untuk mendukung bermacam fungsi klinis, seperti misalnya: dokumentasi dan pengkodean klinis, mengatur kompleksitas klinis, menyimpan dan memelihara database pasien, melakukan tracking order pasien, monitoring dan tindak lanjut kesehatan, serta tindakan pencegahan suatu penyakit. Secara umum CDSS, merupakan teknologi penunjang untuk mencegah terjadinya medical errors dan mendukung implementasi patient safety di rumah sakit. Penggunaan Clinical Decision Support System (CDSS) diantarnya ialah adanya penghematan 30% biaya pengobatan dari penggunaan CDSS untuk peresepan obat, meningkatkan keselamatan (patient-safety), seperti penurunan sampai 50% medication error yang terjadi di rumah sakit. Sehingga sistem ini mulai diterapkan karena adanya dampak positif yang diberikan. Suatu system pendukung keputusan harus mampu melayani berbagai format input atau output dari pengguna, berbagai gaya dialog, mendukung komunikasi antar pengguna dan pengembang, mendukung adanya pengetahuan dari pengguna.














Daftar Pustaka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ANALISIS TOKO ONLINE “ JD.ID ”

ANALISIS TOKO ONLINE “ JD.ID ” Dosen Pengampu : Don Haidy Abel,ST,MBA&E, LMP-NLP ...