MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
“ Penerapan DSS Lingkungan kerja Rumah Sakit ”
KELOMPOK 3 :
Dwiky Rezkianto : 201610325313
Enggar Achmad : 201610325316
Ilham Fauzi : 201610325315
Kristina Eka : 201610325035
Nadia Agustina : 201610325190
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA BEKASI
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb
Pertama-tama
penulis panjatkan puji syukur kepada kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tema makalah penulis
kali ini adalah Penerapan DSS Lingkungan kerja Rumah Sakit. Penulis menyadari
bahwa makalah ini kurang sempurna. Penulis berharap kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini. Semoga setelah membaca makalah ini dapat
dipahami maksud dan tujuannya. Wassalam
Bekasi, 09 Mei 2018
Penulis
BAB IPENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Dalam
setiap perusahaan pasti memerlukan beberapa sistem untuk membantu berjalannya
suatu proses yang ada dalam perusahaan tersebut. Salah satu proses yang
terdapat dalam perusahaan adalah proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan
keputusan ini sangat penting dalam sebuah perusahaan, karena pengambilan
keputusan harus dilakukan secara benar agar tidak terjadi kesalahan pada masa
yang akan datang, karena setiap keputusan yang diambil akan sangat mempengaruhi
proses kedepannya.
Di zaman yang serba teknologi seperti
sekarang, hampir semua hal dapat kita lakukan dengan menggunakan teknologi.
Seperti juga dalam hal pengambilan keputusan di suatu perusahaan. Saat ini
sudah banyak perusahaan yang menggunakan teknologi sistem informasi manajemen
berupa DSS (Decision Support System) untuk membantu dalam proses pengambilan
keputusan. Pengambilan keputusan dalam lingkungan Rumah sakit umumnya dilakukan
di dua area, area pertama (lower level) melibatkan manajemen pasien, diagnosa
dan perawatan, pencatatan record, keuangan dan
manajemen
inventori. Area kedua melibatkan keputusan level tinggi memberikan sebuah
keunggulan kompetitif.
DSS mencangkup semua fungsi dari
manajemen pasien sampai manajemen inventori yang disusun oleh UK General
Practice dan sekarang dinamakan PRODIGY (Prescribing Rationally with Decision
support in General Practice Study), yang menyediakan akses pada clinical
knowledgebase pada bukti bukti terbaik
yang ada tentang kondisi dan gejala yang dikelola utamanya oleh profesional kesehatan. Data ini berupa
panduan full text, referensi panduan cepat, leaflet informasi pasien, informasi
pada obat dan self help contacts.
Dilingkungan kompetitif seringkali sulit
untuk dapat membuat keputusan yang paling baik, hal ini bisa saja disebabkan
karena kurangnya informasi, atau penerimaan suatu informasi yang terlambat,
atau bahkan terlalu banyaknya informasi yang diperoleh. Kondisi tersebut bisa
bertambah buruk jika waktu yang ada terlalu sempit untuk dapat melakukan
analisa informasi ataupun untuk mengevaluasi alternative-alternatif solusi,
sehingga hal ini dapat mengakibatkan para pengambil keputusan sulit melakukan
suatu keputusan secara berkesinambungan dan juga sulit untuk melakukan
pengambilan keputusan yang optimal. Luasnya
lingkup tanggung jawab keperawatan dan kehadiran perawat secara
berkesinambungan mendampingi pasien, menempatkan keperawatan pada posisi
sentral bagi layanan kesehatan dan pusat informasi pasien. Keadaan ini
membangkitkan perkembangan informatika keperawatan yang dapat menginformasikan
perkembangan aplikasi multidisiplin yang terintegrasi pada berbagai tatanan
manajemen keperawatan bagi pelayanan pasien (Barton, 2008).
Keperawatan merupakan serangkaian
aktivitas melingkupi pelayanan secara otonom dan kolaboratif bagi individu dari
segala usia, keluarga, kelompok dan komunitas, sakit maupun sehat dalam segala
latar. Pelayanan keperawatan merupakan pemasok utama layanan kesehatan bagi
pasien, pengembangan informatika keperawatan dalam lingkup manajemen
keperawatan berpengaruh penting terhadap rancangan dan implementasi system
pengembangan pengetahuan dan ketrampilan.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Sejarah dan Pengertian DSS
2.
Penerapan sistem DSS dalam lingkungan rumah sakit
3. Manfaat dan tujuan Sistem
Dss dalam lingkungan Rumah sakit.
1.3
TUJUAN PENULISAN
1.
Pembaca Memahami sejarah dan pengertian DSS
2.
Pembaca memahami system DSS dalam lingkungan rumah sakit
3.
Pembaca memahami Manfaat dan tujuan DSS dalam lingkungan rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah dan Definisi DSS
Pengembangan
DSS berawal pada akhir tahun 1960-an dengan adanya pengguna computer secara
time-sharing (berdasarkan pembagian waktu). Pada mulanya seseorang dapat
berinteraksi langsung dengan computer tanpa harus melalui spesialis informasi.
Time sharing membuka peluang baru dalam penggunaan computer. Tidak sampai tahun
1971, ditemukan istilah DSS, G Anthony Gorry dan Michael S. Scott Morton yang
keduanya professor MIT, bersama-sama menulis artikel dalam jurnal yang berjudul
“A Framework for Management Information System” mereka merasakan perlunya ada
kerangka untuk menyalurkan aplikasi computer terhadap pembuatan keputusan
manajemen.
Sejarah munculnya DSS, berikut
ini adalah kajian singkatnya :
Tahun
1950, Teori Pengambilan Keputusan Organisasi dikembangkan di Carnegie Institute
of Technology.Tahun 1960 Implementasi DSS dalam bentuk sistem komputer
interaktif dilakukan di Massachusetts Institute of Technology,Tahun 1970. Konsep
DSS menjadi area riset. dan pada Tahun
1980 dikembangkan executive information systems (EIS), group decision support
systems (GDSS), dan organizational decision support systems (ODSS) untuk single
user berbasis model.Tahun 1990. Dikembangkan data warehousing dan on-line
analytical processing (OLAP).Tahun 2000. Dikembangkan aplikasi analitik
berbasis web
Beberapa Definisi DSS Menurut
para Ahli :
• Definisi Awal DSS (Efraim):
Suatu sistem yang diperuntukan untuk membantu pembuat keputusan dalam kondisi
keputusan yang “kurang terstruktur/semi terstruktur”.
• (Gorry & Scott-Morton's) : Sekumpulan
model dari prosedur untuk pemrosesan data dan penentuan (justifikasi) dalam
membantu manager untuk mengambil keputusan. Pencetus istilah DSS, yang keduanya
adalah profesor MIT.
• (Sprague & Carlson) :
Sistem yang berbasis komputer yang dapat dipergunakan untuk membantu para
pengambil keputusan untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang “mustahil”
dilakukan dengan kalkulasi manual melalui cara simulasi yang interaktif, dimana
data dan model analisis sebagai komponen utama.
DSS (Decision Support System) merupakan salah satu produk
perangkat lunak yang dikembangkan secara khusus untuk membantu manajemen dalam
proses pengambilan keputusan. DSS sebenarnya merupakan implementasi teori-teori
pengambilan keputusan yang telah diperkenalkan oleh ilmu-ilmu seperti operation
research dan management science. Hanya bedanya adalah jika dahulu untuk mencari
penyelesaian masalah yang dihadapi harus dilakukan perhitungan iterasi secara
manual, maka saat ini computer PC telah menawarkan kemampuannya untuk
menyelesaikan persoalan yang sama dalam waktu relative singkat. DSS dapat juga
dikatakan sebagai sistem computer yang mengolah data menjadi informasi untuk
mengambil keputusan dari masalah semi terstruktur yang spesifik. DSS menurut
Moore and Chang, SPK dapat digambarkan sebagai sistem yang berkemampuan
mendukung analisis ad hoc data, dan pemodelan keputusan, berorientasi
keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan digunakan pada saat-saat yang
tidak biasa. Sistem Pendukung Keputusan (DSS) dibuat sebagai suatu cara untuk
memenuhi kebutuhan seorang manajer dalam membuat keputusan yang spesifik dalam
memecahkan permasalah yang spesifik pula. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau
decision support system (DSS) merupakan
salah satu jenis sistem informasi yang bertujuan untuk menyediakan informasi,
membimbing, memberikan prediksi serta mengarahkan kepada pengguna informasi
agar dapat melakukan pengambilan keputusan dengan lebih baik dan berbasis
evidence. DSS yang baik harus mampu menggali informasi dari database, melakukan
analisis serta memberikan interpretasi dalam bentuk yang mudah dipahami dengan
format yang mudah untuk digunakan (user friendly). DSS mendayagunakan resources
individu-individu secara intelek dengan kemampuan computer untuk meningkatkan
kualitas keputusan. Jadi, ini merupakan sistem pendukung berbasis computer yang
dapat membantu dalam mengambil suatu keputusan dari masalah-masalah yang semi
terstriktur maupun tak terstruktur.
2.2
Penerapan
system DSS di lingkungan Rumah sakit
.Aplikasi DSS dalam Pelayanan
KesehatanPemanfaatan DSS dalam pelayanan kesehatan dimulai pada pengelolaan informasi
keuangan yang mulai berkembang era tahun 60-an. Mulai sejak itu aplikasi
komputer untuk pelayanan kesehatan berkembang. Pada akhir era 60-an Sistem
informasi rumah sakit sudah memasukkan data tentang diagnosa sertainformasi
lain dalam rencana perawatan pasien. Tekhnologi yang digunakan dapatmengurangi
kerja dengan kertas (paperwork) dan meningkatkan komunikasi serta menghemat
waktu perawat. Salah satu awal program komputer yang bagus untuk perawatan
pasien adalah Problem Oriented Medical Record Information System (PROMIS) yang
dibuat oleh DR Lawrence Weed dari University Medical Center Burlington tahun
1968. Sistemini menyediakan integrasi berbagai aspek pelayanan kesehatan
termasuk tindakan pada pasien. Sistem ini menggunakan kerangka kerja POMR (
problem orientedmedical record).Pada dasarnya pemanfaatan sistem informasi
dalam unit pelayanan kesehatan dapat meningkatkan keamanan dan keselamatan
pasien. Informatika juga dapatmencegah error dengan melaksanakan fungsi
pengambilan keputusan dan mencegah fungsi yang tidak tepat Di Indonesia, telah
diterapkan sistem informasi keperawatan terkomputerisasiterkait intervensi yang
dilakukan di beberapa RS yang secara spesifik mulai dari Nursing Out Come (NOC)
yang baku klasifikasi dan jelas kriterianya, Nursing Intervention Clasification
(NIC) disusun secara baku pada setiap klasifikasinya dan disesuaikan juga
dengan klasifikasi tujuan (NOC). Perawat tinggal memilih label NIC yang
tersedia pada masing-masing diagnosa keperawatan yang sesuai dengantujuan
penanganan masalah pasien. Implementasi keperawatan dalam sisteminformasi
keperawatan menggunakan label NIC dan aktifitas dalam NIC. Perawattinggal
mengetikan aktifitas-aktifitas perawatan yang telah dilakukan,menambahkan jam
pelaksanaan dan menuliskan pelaksana dari aktifitas tersebut.Implementasi yang
diinputkan oleh perawat dalam dokumen asuhan keperawatan langsung diintegrasikan
dengan Billing System Rumah Sakit, sehingga tidak ada double entry dalam
keuangan pasien. Masing masing tindakan perawat telah memiliki harga
sendiri-sendiri yang telah disahkan oleh rumah sakit, dan perawat tinggal
mendokumentasikan dalam SI Keperawatan. Artinya penulisan implementasinya juga
dibakukan sehingga perawat yang bertugas mengetik sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Evaluasi kriteria, skala, dan target. Setelah perawatmenentukan
kriteria, skala dan target pada hari pertama, maka pada hari berikutnya tinggal
memilih skala yang sesuai dengan kondisi pasien, antara 1–5, disesuaikan dengan
kondisi pasien.Contoh pemanfaatan DSS lainnya adalah aplikasi telehealth yang
sedang dikembangkan. Salah satu contoh program telehealth adalah homecare.
Sistem ini menyediakan audio dan video interaktif untuk hubungan antara lanjut
usia dirumah dan telehealth perawat. Perawat memasukkan data data pasien
secaraelektronik dan menganalisanya, kalau perlu untuk dilakukan kunjungan,
perawatakan melakukan kunjungan ke pasien.Telenursing adalah bagian dari telehealth
Telenursing menawarkan program kolabortif dan mengurangi biaya pasien. Sebagai
contoh: konsultasi dengan perawatakan mengurangi angka kejadian masuknnya
pasien dengan keadaan emergency ke Rumah Sakit.
Telehealth juga bisa di aplikasikan dalam pendidikan,
dengan mengunjungi satu bagian dengan bagian lain melalui halaman web.
Pengalaman dari praktisiperawat dapat dipelajari oleh orang lain melalui
halaman web.
Telehealth terdiri dari
berbagai jenis bentuk dan telah menunjukkan segimanfaatnya. Beberapa manfaat
dari Telehealth misalnya: meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi waktu,
meningkatkan produkstifitas akses, meningkatkan peluang belajar. Ada beberapa
yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan Telehealth yaitu :
1.
Pembiayaan adalah hambatan
dalam penyelenggaraan
Telehealth Meskipundijumpai
bahwa telehealth banyak mempunyai manfaat. Pemerintah masihkurang dalam
mengembangkan telehealth.
2.
Aspek legal Aspek hukum
menyatakan bahwa: warga negara harus dilindungi dari praktek petugas kesehatan
yang tidak baik.
3. Standar keamanan Perhatian
dalam aplikasi tekhnologi dalam pelayanan
kesehatan
adalahkeamaan/keselamatan pasien. Sistem pelayanan
Telehealth harus bisamenjamin
keselamatan bagi pasien. Berkaitan dengan hal tersebut ANA (American Nursing
Association)
menerbitkan 3 pedoman
telehealth yaitu : Prinsip dasar telehealth pada tahun 1998, kompetensi
telehealth tahun 1999 dan mengembangkan protokol telehealth pada tahun 2014.
4. Keamanan data Telehealth memerlukan
pencatatan elektronik (elektronik health record),yang rawan akan privasi,
kerahasiaan dan keamanan data.Sehinggapenyelenggaraan telehealth harus bisa
menjamin keamanan data.
5. Infrastruktur komunikasi
Infrastruktur telekomunikasi merupakan bagian dari telehealthyangmempunyai
biaya dengan prosentase paling besar. Isu yang lain, adalah alatuntuk hubungan
antarmuka (interface) akan sulit menyelenggarakan Telehealth jika tidak ada
saling hubungan (interkoneksi) antar alat
2.3
Tujuan Dan Manfaat Sistem Informasi Kesehatan
2.3.1
Tujuan SIK
Upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi
kesehatan ditujukan ke arah terbentuknya suatu sistem informasi kesehatan yang
berhasil guna dan berdaya guna, yang mampu memberikan informasi yang akurat,
tepat waktu dan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan untuk :
Pengambilan keputusan di
seluruh tingkat administrasi dalam rangka perencanaan, penggerakan pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian dan penilaian.
Mengatasi masalah-masalah
kesehatan melalui isyarat dini dan upaya penanggulangannya.
Meningkatkan peran serta
masyarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya
sendiri.
Meningkatkan penggunaan dan
penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan.
2.3.2
Manfaat SIK
Begitu banyak manfaat Sistem
Informasi Kesehatan yang dapat membantu para pengelola program kesehatan,
pengambil kebijakan dan keputusan pelaksanaan di semua jenjang administrasi
(kabupaten atau kota, propvinsi dan pusat) dan sistem dalam hal berikut :
a.
Mendukung manajemen kesehatan.
b.
Mengidentifikasi masalah dan
kebutuhan.
c.
Mengintervensi masalah
kesehatan berdasarkan prioritas.
d.
Pembuatan keputusan dan
pengambilan kebijakan kesehatan berdasarkan bukti (evidence-based decision).
e.
Mengalokasikan sumber daya
secara optimal.
f.
Membantu peningkatan
efektivitas dan efisiensi.
g.
Membantu penilaian
transparansi.
2.4
Prinsip Dan Peranan Sistem Informasi Kesehatan
Prinsip SIK Mencakup seluruh data yang terkait dengan
kesehatan, baik yang berasal dari sektor kesehatan atau pun dari berbagai
sektor pembangunan lain.Mendukung proses pengambilan keputusan diberbagai jenjang
administrasi kesehatan.Disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk
pengambilan kepeutusan.Disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan
tepat waktu dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.Pengelolaan
informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan datamelalui cara-cara
rutin (yaitu pencatatan dan pelaporan) dan cara-cara non rutin (yaitu survei
dan lain lain).Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek
kerahasiaan yang berlaku dibidang kesehatan dan kedokteran.Peranan SIK
Adapun penerapan DSS dalam Dunia kesehatan di sebut
dengan CDSS Clinical Decision Support System (CDSS) atau sering kita kenal
sebagai sistem pengambil keputusan klinis, merupakan suatu sistem elektronik
yang didesain untuk membantu klinisi atau tenaga medis dalam mengambil
keputusan klinik. Pada penggunaan CDSS yang berbasis elektronik memiliki
beberapa keunggulan dan kemudahan, jika dibandingkan dengan non-elektronik,
apalagi jika sudah terintegrasi dengan rekam kesehatan elektronik (Services
Human & Investigator 2012).
Ada beberapa keunggulan computer based CDSS, diantaranya
adalah kapasitas penyimpanan knowledge based dan kecepatan menganalisa sebuah
kasus, serta dalam memberikan rekomendasi kepada klinisi dalam bentuk alert
atau peringatan (Lee et al. 2014). Pada Umumnya CDSS elektronik
mengkombinasikan karakteristik klinis dan kondisi pasien, dengan basis
pengetahuan elektronik (computerized knowledge base), yang kemudian secara
otomatis menghasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk bahan pertimbangan klinisi,
baik dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lain, yang kemudian dapat
membantu dalam menentukan diagnosis dan pemberian tindakan medis lainnya
(Parshutin & Kirshners 2013).CDSS merupakan media elektronik yang digunakan
untuk menentukan diagnosis, interpretasi klinis, pemberitahuan (alerting),
pengingat (reminder), analisis prediktif dengan sebuah aplikasi, yang terhubung
dengan data (Aynes & Aplan 2001). Definisi lain mengatakan bahwa CDSS
menyediakan informasi bagi tenaga medis, pasien atau individu atau populasi
tertentu, untuk menghasilkan proses kesehatan yang lebih cepat, lebih efisien,
lebih baik baik bagi layanan kesehatan individual maupun bagi kesehatan suatu
populasi (Sheikhtaheri et al. 2012).
Komponen Clinical Decision
Suporrt System (CDSS)
1.
Data base (Basis Pengetahuan
dan Akuisisi Pengetahuan Medis)
Kumpulan data yang
tersusun secara terstruktur dan dalam format elektronik yang mudah diolah
oleh program komputer (Aynes
& Aplan 2001). Database ini menghimpun berbagai jenis data baik yang
berasal dari pasien, obat (jenis, dosis, indikasi, kontraindikasi dll),
dokter/perawat dll.
2.
Knowledge base (Memori kerja )
Kumpulan pengetahuan
kedokteran yang merupakan sintesis dari berbagai literatur, protokol klinik
(clinical guidelines), pendapat pakar maupun hasil penelitian lainnya yang
sudah diterjemahkan dalam bahasa yang dapat dipahami oleh komputer (Sié et al.
2014).
3.
Instrument
Alat yang dapat mengumpulkan
data klinis seperti: alat pemeriksaan laboratorium, EKG, radiologis dan
lain-lain (Bradburn & Fox 2004).
4.
Mesin inferensial (inference
engine)
Merupakan program utama dalam
suatu CDSS yang mengendalikan keseluruhan sistem, mulai dari menangkap
informasi yang berasal dari pasien, mengkonsultasikannya dengan knowledge base
dan memberikan hasil interpretasinya kepada pengguna (Wit et al. 2015).
5.
Antar muka (user interface)
Tampilan program komputer yang
memungkinkan pengguna berkonsultasi untuk memasukkan data, memilih menu hingga
mendapatkan hasil baik berupa teks, grafis, sinyal, simbol dan bentuk
interaktivitas lainnya. Interaktivitas dapat bersifat aktif-otomatis maupun
pasif (Main et al. 2010).
2.5 Fungsi Aplikasi CDSS :
1.
Alerting
Alert otomatis akan muncul dan memberikan
data serta informasi kepada dokter secara cepat pada situasi kritis yang kadang
membahayakan. Pada kondisi tersebut, informasi yang lengkap sangat penting
dalam pengambilan keputusan, misalnya: nilai laboratorium abnormal,
kecenderungan vital sign, kontraindikasi pengobatan maupun kegagalan prosedur
tertentu. Sistem alert telah digunakan secara rutin dalam program HELP (Health
Evaluation through Logical Processing) mampu menurunkan laju infeksi pasca
operatif dari 13% ke 5.5% per hari dan menurunkan prosentase pemberian
antibiotik berlebihan dari 35% ke 18%.
2.
Critiquing
Jenis aplikasi ini akan memberikan kritik
kepada pengguna untuk memverifikasi keputusan klinis yang telah dipilih. Berbagai
contoh aplikasi SPKK jenis ini dapat bermanfaat untuk mencegah permintaan
pemeriksaan klinis yang tidak tepat (seperti pada gambar 6), pemberian obat
yang tidak sesuai dengan indikasi maupun penerapan protokol klinik.
3.
Interpreting
Interpretasi merupakan asimilasi dari
data klinis untuk memahami data pasien. Contoh sederhana adalah mesin
penginterpretasi EKG, analisis gas datah maupun pemeriksaan radiologis. Predicting
4.
Diagnosing
Merupakan contoh aplikasi SPKK yang
paling populer dan banyak dipublikasikan sejak tahun 1970-an. Tujuan aplikasi
ini adalah memberikan daftar probabilitas berbagai differential diagnosis
berdasarkan data pasien yang diinputkan ke dalam komputer.
5.
Assisting
Adalah contoh SPKK yang bertujuan untuk
mempermudah atau mempercepat aktivitas klinis. SPKK yang bersifat hibrid
(campuran manual dan elektronik) akan memberikan hasil print out sintesis data
pasien yang mengarahkan kepada tindakan manajemen selanjutnya. Pada sistem yang
online, SPKK akan menampilkan seluruh data dalam tampilan grafis yang mudah
dilihat dan komprehensif
2.6 Tantangan Dalam Implementasi
CDSS
Dunia medis merupakan bidang yang
dinamis. Perubahan yang terjadi bisa sangat cepat sehingga berdampak pada
penggunaan standar pelayanan medis yang menjadi tulang punggung dari
pengembangan CDSS (Jao & Hier 2010). Alur kerja bidang kesehatan juga
sangat kompleks dan subjektif berdasarkan kasus-per-kasus. Hal ini menyebabkan
pengembangan CDSS terbatas pada kasus-kasus tertentu yang memiliki prosedur
medis yang relatif lebih konstan, seperti CDSS pada sistem peresepan dan CDSS
pada interpretasi hasil echocardiograph (Sanchez et al. 2013). Untuk itu perlu
dikembangkan lebih lanjut terhadap kasus-kasus lain atau guideline lain yang
signifikan mampu mengurangi medical error.
Secara teknis, menggabungkan
informasi kesehatan berikut temuan-temuan baru yang selalu berubah menjadikan
CDSS harus terus dilakukan agar sistem tetap terupdate. Diperlukan kerjasama
yang baik antara pengguna dan pengembang sistem (Jensen et al. 2015).
2.7 Dampak penggunaan CDSS
Sebuah penelitian mengungkapkan adanya
penghematan 30% biaya pengobatan dari
penggunaan CDSS untuk peresepan obat [6]. Namun demikian, membangun sebuah CDSS
mampu menyedot biaya yang cukup signifikan dan membebani pengguna, seperti
membeli lisensi perangkat lunak. Pertimbangan implementasi CDSS perlu
menghitung unit biaya (unit cost) dari penggunaan CDSS tersebut.
Banyak hasil penelitian
terkait CDSS menunjukkan manfaat yang positif bagi pasien. Selain meningkatkan
keselamatan (patient-safety), seperti penurunan sampai 50% medication error
yang terjadi di rumah sakit. Secara tidak langsung penggunaan CDSS memperbaiki
mutu dan standar pelayanan kesehatan oleh tenaga medis yang bersangkutan [1, 4,
5]. Namun demikian, sisi lain CDSS membuat tenaga medis, terutama dokter
kehilangan kontrol akan praktek klinis yang dia sendiri dilakukan. Dokter akan
merasa terkontrol dan mungkin terintimidasi, terutama dengan fungsi peringatan
(alert) yang berkali-kali muncul saat klinisi melakukan pelayanan medis
2.8 Aplikasi Clinical Decision
Support System (CDSS)
CDSS telah banyak iaplikasikan
untuk berbaagai keperluan dalam pengambilan keputusan klinis. Perangkat lunak
yang telah di bangun untuk keperluan CDSS adalah MYCIN. MYCIN merupakan sistem
pendukung keputusan yang bersifat kualitatif dengan menggunakan konsep sistem
pakar. MYCIN berisi sejumlah peraturan, yang diturunkan oleh kolaborasi para
ahli. Salah satu kelebihan MYCIN adalah dengan kemampuan untuk mengakomodasi
adanya ketidakpastian. MYCIN menggunakan certainty factors (CF) untuk mengatasi
masalah ketidakpastian.
Beberapa aplikasi CDSS lainya
yang juga mulai dikembangkan antara lain :
1. ISABEL,
merupakan suatu bentuk CDSS yang terintegrasi dengan internet yang menyediakan
beberapa fitur untuk diagnosis.
2. NEOSIS,
merupakan sebuah platform untuk integrasi dan representasi visual dalam
kecerdasan medis.
3.
LISA, berupa sistem pendukung
keputusan dan informasi klinis untuk perawatan menyeluruh bagi anak-anak yang
mengidap penyakit acute lympheblastic leukemia(Bury, 2008 )
4.
EPIC, merupakan CDSS yang
berperan sebagai mitra cerdas bagi staf klinisi dan memberikan panduan yang
terstruktur.
BAB III
KESIMPULAN
Medical error merupakan penyimpangan dari proses
perawatan, yang dapat menyebabkan kerugian bagi pasien. Definisi tersebut
menggambarkan bahwa setiap tindakan yang dilaksanakan, tetapi tidak sesuai
dengan rencana atau prosedur, sudah dianggap sebagai medical error. CDSS
memiliki tujuan utama untuk mendukung bermacam fungsi klinis, seperti misalnya:
dokumentasi dan pengkodean klinis, mengatur kompleksitas klinis, menyimpan dan
memelihara database pasien, melakukan tracking order pasien, monitoring dan
tindak lanjut kesehatan, serta tindakan pencegahan suatu penyakit. Secara umum
CDSS, merupakan teknologi penunjang untuk mencegah terjadinya medical errors
dan mendukung implementasi patient safety di rumah sakit. Penggunaan Clinical
Decision Support System (CDSS) diantarnya ialah adanya penghematan 30% biaya
pengobatan dari penggunaan CDSS untuk peresepan obat, meningkatkan keselamatan
(patient-safety), seperti penurunan sampai 50% medication error yang terjadi di
rumah sakit. Sehingga sistem ini mulai diterapkan karena adanya dampak positif
yang diberikan. Suatu system pendukung keputusan harus mampu melayani berbagai
format input atau output dari pengguna, berbagai gaya dialog, mendukung
komunikasi antar pengguna dan pengembang, mendukung adanya pengetahuan dari
pengguna.
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar